Awas, Demam
Berdarah Dengue!
Peralihan musim kemarau ke musim penghujan sudah memasuki beberapa
wilayah Indonesia. Dibalik keriangan masyarakat dengan pergantian musim ini, namun
justru beberapa orang khawatir dengan masuknya peralihan musim akan menimbulkan
dampak negatif berupa timbulnya bencana alam dan penyakit di kalangan mereka. Penyakit
yang mereka takutkan salah-satunya adalah demam berdarah dengue (DBD). Apa itu
DBD? Bagaimana cara menghindarinya? Mari kita cari tahu.
Apa itu DBD?
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dengan manifestasi klinis berupa demam, nyeri otot dan/ atau
nyeri sendi yang disertai penurunan jumlah leukosit (sel darah Putih) dan
trombosit, ruam, limfadenopati, dan diathesis hemoragik.
Penyakit ini merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina.
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik
Barat dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di
seluruh wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia cukup tinggi di setiap
tahunnya, antara 6 hingga 15 per 100.000
penduduk (1989 hingga 1995).
Nyamuk Aedes aegypti?
Berdasarkan uraian diatas kita jadi mengetahui penyebab dari DBD
itu sendiri adalah virus yang diperantarai oleh nyamuk Aedes aegypti betina.
Nyamuk dapat hidup di sekitar rumah dan sering menggigit manusia pada waktu pagi
dan siang hari. Masa inkubasi penyakit DBD yaitu periode sejak virus dengue
menginfeksi manusia hingga menimbulkan gejala klinis, antara 3-14 hari,
rata-rata 4-7 hari. Penyakit DBD tidak ditularkan langsung dari orang ke orang melainkan
melalui nyamuk itu sendiri.
Populasi nyamuk Aedes aegypti biasanya meningkat pada waktu musim
penghujan, karena tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu wadah
yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan tempat penampungan air
lainnya), salah satunya air hujan yang tergenang. Namun nyamuk ini tidak
berkembnag biak di genangan air yang langsung berhubungan denagn tanah.
Nyamuk Aedes aegypti betina dewasa memiliki ciri bertubuh berwarna
hitam kecoklatan. Ukuran tubuhnya antara 3-4 cm, dengan mengabaikan panjang
kakinya. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan
serta bagian punggung tubuhnya tampak dua garis lengkung vertical di bagian
kiri dan kanan.
Dimana nyamuk ini berkembang biak?
Adapun tempat berkembangbiak
bagi nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan menjadi:
a.
Tempat penampungan air untuk
keperluhan sehari-hari, seperti bak mandi, drum, tempayan, ember, gentong, dan
lain-lain.
b.
Tempat penampungan air bukan untuk
keperluhan sehari-hari, seperti tempat minum binatang, vas bunga, kaleng,
botol, ban bekas, dan plastik bekas.
c.
Tempat penampungan alamiah, seperti
lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, dan pohon bamboo
yang ada genangan airnya.
Apa tanda dan gejala terserang DBD?
Tanda dan gejala
dari DBD adalah diawali dengan demam dengan suhu tubuh 38oC-40oCselama
2-7 hari, tampak lemah dan lesu, rasa sakit pada otot dan persendian, timbulnya
bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah, kadang kala disertai
dengan adanya syok karena tekanan darah menurun menjadi 20 mmHg atau kurang.
Tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah, manifestasi perdarahan,
dengan bentuk uji tourniquet positif purpura perdarahan, konjungtiva,
epitaksis, dan melena, dan gejala klinisnya dapat disertai nafsu makan yang
menurun, mual, muntah, sakit perut, mencret, kejang, dan sakit kepala.
Derajat berat
penyakit DBD secara klinis dibagi menjadi 4 derajat yaitu:
Derajat 1: demam disertai gejala klinis tanpa perdarahan spontan
Derajat 2: derajat 1 dan disertai perdarahan spontan pada kulit
atau di tempat lain.
Derajat 3: ditemukan kegagalan sirkulasi berupa nadi cepat dan
lemah, tekanan darah rendah, gelisah, serta mulut,hidung, dan ujung jari yang
membiru.
Derajat 4: adanya syok berat dengan tekanan darah dan nadi tidak
dapat diukur
Bagaimana cara menghindarinya?
Cara menghindari
diri dari DBD adalah dengan memutus mata rantai penularannya, yaitu mengisolasi
penderita agar tidak digigit nyamuk Aedes aegypti ulangan, mencegah dari
gigitan nyamuk sehingga orang sehat tidak tertular, meningkatkan daya tahan
tubuh dan pemberantasan vector nyamuk Aedes aegypti.
Pengendalian
nyamuk dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu:
a.
Lingkungan
Metode mengendalikan nyamuk tersebut antara lain:
1.
Pengelolaan sampah padat
2.
Menguras bak mandi atau penampungan
air seminggu sekali
3.
Menggati air di dalam vas bunga dan
tempat minum binatang peliharaan sekurang-kurangnya seminggu sekali.
4.
Menutup dengan rapat tempat
penampungan air.
5.
Mengubur sampah-sampah, plastik,
ban, kaleng bekas yang dapat menjadi wadah genangan air.
b.
Biologi
Pengendalian biologi antara lain dengan menggunakan ikan pemakan
jentik nyamuk, seperti ikan cupang pada tempat penampungan air yang tidak
mungkin dikuras.
c.
Kimiawi
Cara pengendaliannya antara lain:
1.
Pengasapan (fogging), pengasapan
dilakukan pada pagi antara jam 7-10 dan sore antara jam 15-17 secara serempak.
Bisa dilakukan pengasapan ulang setelah 1 minggu untuk mengurangi kemungkinan
penularan sampai batas waktu tertentu.
2. Memberikan
bubuk Abate (Temephose) dengan cara menaburkan pada tempat penampungan air
seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lainnya dengan takaran 1 gram Abate
untuk 1 liter air, diulang 2-3 bulan sekali.
Kesimpulan
1.
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan vektornya nyamuk Aedes aegypti
betina.
2.
Jika terdapat tanda dan gejala dari
DBD seperti demam tinggi selama 2-7 hari, lemah dan lesu, rasa sakit pada otot
dan persendian, timbulnya bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh
darah serta manifestasi perdarahan segera berobat ke Puskesmas untuk
mendapatkan pertolongan.
3. Peranan
masyarakat sangat penting dalam pelaksanaan pencegahan diri dari serangan DBD.
Hal yang dapat dilakukan masyarakat adalah 3M (Menguras, Menutup, Mengubur)
secara serentak dan gotong royong, serta terus menjaga kebersihan
lingkungannya.
Sumber:
Depkes RI. 1992. Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular
Penyakit DBD.
Jakarta: Depkes RI
Depkes RI. 1995. Menggerakkan Masyarakat dalam Pemberantasan
Sarang Nyamuk
DBD. Jakarta: Depkes RI
IPD FKUI 2004 Jilid 3 Bab 390
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC