Masa
bayi baru lahir (neonatal) adalah masa 28 hari pertama
kehidupan manusia. Pada masa ini terjadi proses penyesuaian sistem tubuh bayi dari kehidupan dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Masa ini adalah masa yang perlu
mendapatkan perhatian dan perawatan yang ekstra karena pada masa ini
terdapat mortalitas paling tinggi (Rudolf, 2006).
Pencegahan Infeksi
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat segera
setelah bayi lahir. Cara pencegahan infeksi adalah sebagai berikut: cuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan
dengan bayi; memakai sarung tangan bersih pada
saat menangani bayi; memastikan peralatan yang
digunakan steril; dan memastikan semua pakaian maupun perlengkapan bayi dalam keadaan bersih.
Penilaian Bayi Baru Lahir
Penilaian
awal yang dilakukan segera setelah lahir adalah dengan menjawab 4 pert anyaan Apakah
bayi cukup bulan? Apakah air ketuban jenih dan tidak bercampur mekonium? Apakah bayi menangis atau bernafas? Apakah tonus otot bayi baik?
Pencegahan Kehilangan Panas
Cara
mencegah terjadinya kehilangan panas dengan mengeringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks; meletakkan bayi di tubuh ibu; menyelimuti dan memakaikan
topi; dan tidak memandikan bayi sebelum 6 jam setelah lahir.
Asuhan Tali Pusat
Asuhan tali pusat dilakukan setelah dua menit segera
setelah bayi lahir, lakukan pemotongan dan
pengikatan tali pusat. Hal yang perlu diperhatikan dalam
merawat tali pusat adalah sebagai berikut: cuci tangan sebelum dan sesudah merawat tali pusat; menjaga umbilikus tetap kering dan bersih; tidak
boleh membungkus tali pusat dan memberikan bahan apapun di umbilikus; dan lipat popok di bawah umbilikus.
Inisiasi Menyusu Dini
Manfaat menyusu dini adalah: mengurangi 22%
kematian bayi umur 28 hari; meningkatkan
keberhasilan menyusui secara eksklusif; merangsang produksi ASI; dan memperkuat refleks menghisap bayi.
Pencegahan Perdarahan
Semua bayi baru lahir harus diberikan suntikan vitamin K1 1 mg secara intramuskuler setelah 1
jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir akibat defisiensi vitamin
K yang
dapat dialami sebagian bayi baru lahir.
Pemberian Imunisasi
Imunisasi yang diberikan 1 jam setelah
pemberian vitamin K1 adalah imunisasi hepatitis
B. Manfaat pemberian imunisasi hapatitis B untuk mencegah infeksi hepatitis
B terhadap bayi, terutama yang ditularkan melalui
ibu-bayi.
Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
Pemeriksaan bayi baru lahir dilakukan pada saat bayi berada di klinik (dalam 24 jam) dan
saat kunjungan tindak lanjut (KN) yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali pada
umur 4-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari
A. Pemeriksaan Fisik pada saat Bayi
Lahir
Pemeriksaan
pertama pada bayi baru lahir harus dilakukan di kamar bersalin.
Tujuan pemeriksaan ini adalah
:
1. Menilai gangguan adaptasi bayi baru
lahir dari kehidupan dalam uterus ke luar uterus yang memerlukan resusitasi.
2. Untuk menemukan kelainan seperti
cacat bawaan yang perlu tindakan segera.
3. Menentukan apakah bayi baru lahir
dapat dirawat bersama ibu (rawat gabung) atau tempat perawatan khusus.
Pemeriksaan yang dilakukan antara
lain :
1.
Menilai
APGAR
Nilai APGAR merupakan suatu metode
penilaian cepat untuk menilai keadaan klinis bayi baru lahir pada usia 1 menit
dan 5 menit. Nilai Apgar dapat digunakan untuk mengetahui keadaan bayi baru
lahir dan respon terhadap resusitasi.
2. Mencari Kelainan Kongenital
Pemeriksaan di kamar bersalin juga
menentukan adanya kelainan kongenital pada bayi terutama yang memerlukan
penanganan segera pada anamnesis perlu ditanyakan apakah ibu.
3. Memeriksa cairan amnion
Pada pemeriksaan cairan amnion perlu
diukur volume. Hidramnion ( volume > 2000 ml ) sering dihubungkan
dengan obstruksi traktus intestinal
bagian atas, ibu dengan diabetes atau
eklamsi. Sedangkan oligohidramnion (volume < 500 ml) dihubungkan dengan agenesis
ginjal bilateral. Selain itu perlu diperhatikan adanya konsekuensi
oligohidramnion seperti kontraktur sendi
dan hipoplasi paru.
4. Memeriksa tali pusat
Pada pemeriksaan tali pusat perlu
diperhatikan kesegaranya, ada tidaknya simpul dan apakah terdapat dua arteri
dan satu vena. Kurang lebih 1 % dari bayi baru lahir hanya mempunyai satu arteri umbilikalis dan
15 % dari pada mempunyai satu atau lebih kelainan konginetal terutama pada
sistem pencernaan, urogenital, respiratorik atau kardiovaskuler.
5. Memeriksa plasenta
Pada pemeriksaan plasenta, plasenta
perlu ditimbang dan perhatikan apakah ada perkapuran, nekrosis dan sebagainya.
Pada bayi kembar harus diteliti apakah terdapat satu atau dua korion (untuk
menentukan kembar identik atau tidak). Juga perlu diperhatikan adanya
anastomosis vascular antara kedua amnion, bila ada perlu dipikirkan kemungkinan
terjadi tranfusi feto-fetal.
6. Pemeriksaaan bayi secara cepat dan
menyeluruh.
7. Menimbang berat badan dan
membandingkan dengan masa gestasi.
Kejadian kelainan congenital pada
bayi kurang bulan 2 kali lebih banyak dibanding bayi cukup bulan, sedangkan
pada bayi kecil untuk masa kehamilan kejadian tersebut sampai 10 kali lebih
besar.
8. Pemeriksaan mulut
Pada pemeriksaan mulut perhatikan
apakah terdapat labio-palatoskisis harus diperhatikan juga apakah terdapat
hipersalivasi yang mungkin disebabkan oleh adanya atresia esofagus.
Pada pemeriksaan mulut perhatikan
juga terdapatnya hipoplasia otot depresor aguli oris
9. Pemeriksaan anus
Perhatikan adanya adanya anus
imperforatus dengan memasukkan thermometer ke dalam anus.
10. Pemeriksaan garis tengah tubuh
Perlu dicari kelainan pada garis
tengah berupa spina bidifa, meningomielokel dan lain-lain.
11. Pemeriksaan jenis kelamin.
B. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
Pemeriksaan ini harus dilakukan
dalam 24 jam dan dilakukan setelah bayi berada di ruang perawatan.
Tujuan pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan yang mungkin terabaikan pada
pemeriksaan di kamar bersalin.
Pemeriksaan ini meliputi :
1. Aktifitas fisik
Inspeksi Ekstremitas dalam keadaan fleksi,
dengan gerakan tungkai serta lengan aktif dan simetris.
2. Pemeriksaan suhu
Suhu diukur di
aksila dengan nilai normal 36,5 0C– 37 0C.
3. Kulit
Inspeksi Warna tubuh kemerahan dan tidak
ikterus.
Palpasi
Lembab, hangat
dan tidak ada pengelupasan.
4. Kepala
Inspeksi Distribusi
rambut di puncak kepala.
Palpasi
Tidak ada massa
atau area lunak di tulang tengkorak.
Fontanel
anterior dengan ukuran 5 x 4 cm
sepanjang sutura korona dan sutura segital.
Fortanel
posterior dengan ukuran 1 x 1 cm sepanjang sutura lambdoidalis dan sagitalis.
5. Wajah
Inspeksi Mata
segaris dengan telinga, hidung di garis
tengah, mulut garis tengah wajah dan simetris.
6. Mata
Inspeksi
Kelompak mata
tanpa petosis atau udem.
Skelera tidak
ikterik, cunjungtiva tidak merah muda, iris berwarna merata dan bilateral.
Pupil beraksi bila ada cahaya, reflek mengedip ada.
7. Telinga
Inspeksi Posisi telinga berada garis lurus
dengan mata, kulit tidak kendur, pembentukkan tulang rawan yaitu pinna
terbentuk dengan baik kokoh.
8. Hidung
Inspeksi Posisi di garis tengah, nares utuh
dan bilateral, bernafas melalui hidung.
9. Mulut
Inspeksi Bentuk dan ukuran proporsional
dengan wajah, bibir berbentuk penuh berwarna merah muda dan lembab, membran mekosa lembab dan
berwarna merah muda, palatom utuh, lidah
dan uvula di garis tengah, reflek gag
dan reflek menghisap serta reflek rooting ada.
10. Leher
Inspeksi Rentang pergerakan sendi bebas,
bentuk simestris dan pendek.
Palpasi Triorid di garis tengah, nodus
limfe dan massa tidak ada.
11. Dada
Inspeksi Bentuk seperti tong, gerakan dinding
dada semetris.
Frekuensi nafas
40 – 60 x permenit, pola nafas normal.
Palpasi
Nadi di apeks
teraba di ruang interkosa keempat atau kelima tanpa kardiomegali.
Auskultasi
Suara nafas
jernih sama kedua sisi.
frekuensi
jantung 100- 160 x permenit teratur tanpa mumur.
Perkusi
Tidak ada
peningkatan timpani pada lapang paru.
12. Payudara
Inspeksi Jarak antar
puting pada garis sejajar tanpa ada puting tambahan.
13. Abdomen
Inspeksi Abdomen bundar
dan simetris pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena berwarna putih
kebiruan.
Palpasi
Abdomen Lunak
tidak nyeri tekan dan tanpa massa hati teraba 2 - 3 cm, di bawah arkus kosta
kanan limfa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri. Ginjal dapat di raba dengan
posisi bayi terlentang dan tungkai bayi terlipat teraba sekitar 2 - 3 cm,
setinggi umbilicus di antara garis tengah dan tepi perut.
Perkusi
Timpanni
kecuali redup pada hati, limfa dan ginjal.
Auskultasi
Bising usus
ada.
14. Genitalia eksterna
Inspeksi (wanita) Labia minora ada dan mengikuti labia minora, klitoris
ada, meatus uretra ada di depan orivisium vagina.
Inspeksi (laki-laki) Penis lurus, meatus urinarius di
tengah di ujung glans tetis dan skrotum penuh.
15. Anus
Inspeksi Posisi di tengah dan paten (uji
dengan menginsersi jari kelingking) pengeluaran mekonium terjadi dalam 24 jam.
16. Tulang belakang
Inspeksi Kolumna spinalis lurus tidak ada
defek atau penyimpang yang terlihat.
Palpasi Tulang belakang ada tanpa
pembesaran atau nyeri.
17. Ekstremitas
18. Pemeriksaan reflek
a. Berkedip
b. Tonic neck à menolehkan
kepala bayi dengan cepat ke satu sisi.
c. Moro à ubah posisi dengan tiba-tiba atau pukul meja /tempat
tidur.
d. Mengenggam
e. Rooting
à gores sudut mulut bayi melewati
garis tengah bibir.
f.
Menghisap
g. Menari
/ melangkah
19. Pengukuran atropometrik
a. Penimbang berat badan BBL
2500 - 4000gram.
b. Panjang badan PB
: 48/52cm.
c. Lingkar kepala LK
: 32 - 37 cm.
d. Lingkar
dada LD : 32 – 35
cm.
C. Pemeriksaan Fisik pada Bayi waktu
Pulang
Pada waktu memulangkan dilakukan
lagi pemeriksaan untuk menyakinkan bahwa tidak ada kelainan kongenital atau
kelainan akibat trauma yang terlewati perlu di perhatikan :
1. Susunan saraf pusat : aktifitas
bayi, ketegangan, ubun-ubun.
2. Kulit : adanya ikterus, piodermia.
3. Jantung : adanya bising yang baru
timbul kemudian.
4. Abdomen : adanya tumor yang tidak
terdektesi sebelumnya.
5. Tali pusat : adanya infeksi.
6. Perhatikan apakah bayi sudah pandai
menyusu dan ibu sudah mengerti cara pemberian ASI yang benar.
Sumber: