Telah dijelaskan sebelumnya bahwa anemia adalah Suatu keadaan yang ditandai dengan berkurangnya jumlah eritrosit (berkurangnya kadar hemoglobin darah) yang membawa oksigen ke jaringan perifer. Eritrosit. Hemoglobin berfungsi membawa O2 dari paru ke
jaringan dan mengembalikan CO2 dari
jaringan ke paru.
Kriteria WHO untuk kadar Hb yang mengalami anemia:
Jenis-jenis anemia:
a.
Anemia defisiensi
b.
Anemia hemolitik
c.
Anemia aplastik
d.
Anemia perdarahan kronik
Untuk sekarang ini yang akan dibahas adalah anemia aplastik dan anemia
perdarahan kronik.
A. Anemia Aplastik
Anemia aplastik adalah anemia yang disertai leukopenia dan
trombositopenia (pansitopenia) yang disebabkan aplasia /tidak berproduksinya
sumsung tulang untuk menghasilkan darah.
Epidemiologi:
Umumnya muncul pada usia 15-25 tahun dengan pria lebih mudah
terkena dibandingkan wanita.
Insiden kejadiaan:
2-6 kasus per 1 juta penduduk per tahun dengan variasi geografi di
seluruh dunia
Di Cina 0,74 kasus per 100.000 penduduk/tahun
Di Bangkok, Thailand 3,7 kasus per 1 juta penduduk/tahun
Klasifikasi:
Etiologi:
1.
Penyebab Primer:
-
kongenital (anemia tipe Fanconi dan Non-Fanconi)
-
Akuisita (didapat): idiopatik
2.
Penyebab Sekunder:
-
Radiasi: radiologi, radioaktif, nuklir
-
Zat kimia: insektisida, DDT, klor, TNT
-
Iatrogenik: busulfan (obat penekan sumsum tulang), kloramfenikol,
sulfonamide
-
Infeksi: Hepatitis
Patogenesis:
Anemia aplasitik terjadi karena berkurangnya jumlah sel asal
pembentukan darah (hematopoietic pluripoten stem cells) dan aplasia (tidak
sanggup membelah dan berdiferensiasi cukup) sumsum tulang.
Anemia tipe fanconi diakibatkan perkawinan antar saudara sepupu.
Penyebab akuisita idiopatik kemungkinan karena mekanisme autoimun
dimana limfosit T diduga menekan produksi sel pembentuk darah di sumsum tulang.
Penyebab sekunder mengakibatkan kerusakan langsung pada sumsum
tulang hemapoietik.
Gambaran Klinis:
-
Anemia aplastik mungkin dapat muncul mendadak maupun perlahan
-
Perlahan-lahan timbul anemia, neutropenia, atau trombositopenia
-
Infeksi (khususnya mulut dan kerongkongan)
-
Perdarahan gusi
-
Ekimosis
-
Linfo nodus, hati dan limpa tidak membesar
Jenis keluhan:
Pemeriksaan dan diagnosis
1.
Anamnesis sesuai riwayat penyakit dan keluhan
2.
Pemeriksaan fisik
a.
Pucat, lemah, lesu
b.
Perdarahan pada kulit, gusi, retina, hidung, saluran cerna
c.
Demam
d.
Pembesaran hepar ditemukan pada sebagian kecil kasus
e.
Tidak ada pembesaran limpa
3.
Pemeriksaan Laboratorium
a.
Pemeriksaan darah tepi
-
Pada stadium awal penyakit, pansitopenia tidak selalu ditemukan
-
Jumlah leukosit < 4000/mm3
-
Jumlah trombosit < 150.000/mm3
-
Gambaran darah tepi: normositik normokrom
b.
Laju Endap Darah (LED) meningkat
c.
Hb-F meningkat pada anak yang mengalami anemia aplastik
d.
Aspirasi sumsum tulang: gambaran sumsum tulang hipoplasia dengan
kehilangan jaringan hemapoietik dan diganti dengan jaringan lemak yang mencakup
>75 % sumsum tulang
Tatalaksana
1.
Penatalaksanaan permulaan banyak terdiri atas perawatan penunjang
dengan trasfusi darah
2.
Pengobatan spesifik:
-
Androgen per oral (merangsang produksi erotrosit), misalnya
metanedion dosis tinggi selama 3-6 bulan
-
Kortikosteroid dosis tinggi 2g/hari
-
Globulin anti-timosit (obat imunosupresan)
3. Transplantasi
sumsum tulang untuk pasien <30 tahun
B. Anemia Pasca
Perdarahan
Anemia Pasca Perdarahan adalah berkurangnya jumlah eritrosit yang
disebabkan perdarahan yang hebat, baik perdarahan akut maupun kronis.
Etiologi dan Faktor Resiko:
1.
Kecelakaan
2.
Operasi bedah
3.
Persalinan
4.
Luka yang mengakibatkan pecahnya pembuluh darah
5.
Kronis à infeksi cacing
tambang di saluran cerna, penyakit kronik
Pathogenesis
Saat tubuh kehilangan darah akut, maka tubuh akan segera menarik
cairan dari jaringan di luar pembuluh darah sebagai usaha menjaga agar pembuluh
darah tetap terisi. Akibatnya darah menjadi lebih encer (hemodilusi) dan
persentase eritrosit berkurang. Setelah itu nantinya tubuh akan membentuk
eritrosit baru.
Gambaran klinis:
1.
Tekanan darah akan menurun akibat darah yang mengisi pembuluh darah
berkurang
2.
Pasokan oksigen ke jaringan tubuh menurun à pucat
3.
Jika tubuh kehilangan darah sampai 2/3 dari volume darah tubuh
dapat menimbulkan kelelahan dan lemas
Prognosis:
Baik jika cepat diatasi penyebabnya
Diagnosis:
1. Pemeriksaan Darah lengkap
-
Hb à menurun
-
Leukosit à normal sp
meningkat
-
LED à meningkat
-
Hitung à jenis à neutrofilia
-
Retikulosit à meningkat
2.
Sediaan hapus darah tepi
-
Eritrosit à normositik normokrom (akut)
-
Anisositosis
-
poikilositosis
-
Leukosit à neutrofilia
-
Trombosit à trombositosis
-
Polikromasi (+)
-
Kronik à mikrositik hipokrom seperti anemia defisiensi
3.
Sumsum tulang
-
Selularitas à meningkat
-
Eritropoetik (E)à aktif, semua seri ditemui, predominan rubrisit
-
Mielopoetik (M) àagak tertekan, semua seri ditemui
-
Trombopoitik àmegakariosit mudah ditemukan dgn pancaran trombosit cukup banyak
-
M:E rasio terbalik (mis: 1 : 2)
Sumsum tulang Predominan Rubrisit
Tata laksana:
Perdarahan akut:
-
Transfuse darah
-
Hentikan sumber perdarahan
Perdarahan kronik:
Jika karena infeksi cacing tambangà obati
Sumber:
Kapita Selekta Hematologi Edisi 6 karangan A. V. Hoffbrand & P.
A. H. Moss
Buku Ajar IPD FKUI Jilid 2 Edisi 4
terima kasih atas gambarnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar