Rabu, 09 September 2015

Mengenal Anemia (Bagian 2)




 Telah dijelaskan sebelumnya bahwa anemia adalah Suatu keadaan yang ditandai dengan berkurangnya jumlah eritrosit (berkurangnya kadar hemoglobin darah) yang membawa oksigen ke jaringan perifer. Eritrosit. Hemoglobin berfungsi membawa O2 dari paru ke jaringan dan  mengembalikan CO2 dari jaringan ke paru.
Kriteria WHO untuk kadar Hb yang mengalami anemia:


 Jenis-jenis anemia:
a.       Anemia defisiensi
b.      Anemia hemolitik
c.       Anemia aplastik
d.      Anemia perdarahan kronik

Untuk sekarang ini yang akan dibahas adalah anemia aplastik dan anemia perdarahan kronik.

A.      Anemia Aplastik
Anemia aplastik adalah anemia yang disertai leukopenia dan trombositopenia (pansitopenia) yang disebabkan aplasia /tidak berproduksinya sumsung tulang untuk menghasilkan darah.

Epidemiologi:
Umumnya muncul pada usia 15-25 tahun dengan pria lebih mudah terkena dibandingkan wanita.
Insiden kejadiaan:
2-6 kasus per 1 juta penduduk per tahun dengan variasi geografi di seluruh dunia
Di Cina 0,74 kasus per 100.000 penduduk/tahun
Di Bangkok, Thailand 3,7 kasus per 1 juta penduduk/tahun

Klasifikasi:


Etiologi:
1.      Penyebab Primer:
-          kongenital (anemia tipe Fanconi dan Non-Fanconi)
-          Akuisita (didapat): idiopatik
2.      Penyebab Sekunder:
-          Radiasi: radiologi, radioaktif, nuklir
-          Zat kimia: insektisida, DDT, klor, TNT
-          Iatrogenik: busulfan (obat penekan sumsum tulang), kloramfenikol, sulfonamide
-          Infeksi: Hepatitis

Patogenesis:
Anemia aplasitik terjadi karena berkurangnya jumlah sel asal pembentukan darah (hematopoietic pluripoten stem cells) dan aplasia (tidak sanggup membelah dan berdiferensiasi cukup) sumsum tulang.
Anemia tipe fanconi diakibatkan perkawinan antar saudara sepupu.
Penyebab akuisita idiopatik kemungkinan karena mekanisme autoimun dimana limfosit T diduga menekan produksi sel pembentuk darah di sumsum tulang.
Penyebab sekunder mengakibatkan kerusakan langsung pada sumsum tulang hemapoietik.


Gambaran Klinis:
-          Anemia aplastik mungkin dapat muncul mendadak maupun perlahan
-          Perlahan-lahan timbul anemia, neutropenia, atau trombositopenia
-          Infeksi (khususnya mulut dan kerongkongan)
-          Perdarahan gusi
-          Ekimosis
-          Linfo nodus, hati dan limpa tidak membesar
Jenis keluhan:


Pemeriksaan dan diagnosis
1.      Anamnesis sesuai riwayat penyakit dan keluhan
2.      Pemeriksaan fisik
a.       Pucat, lemah, lesu
b.      Perdarahan pada kulit, gusi, retina, hidung, saluran cerna
c.       Demam
d.      Pembesaran hepar ditemukan pada sebagian kecil kasus
e.       Tidak ada pembesaran limpa
3.      Pemeriksaan Laboratorium
a.       Pemeriksaan darah tepi
-          Pada stadium awal penyakit, pansitopenia tidak selalu ditemukan
-          Jumlah leukosit < 4000/mm3
-          Jumlah trombosit < 150.000/mm3
-          Gambaran darah tepi: normositik normokrom

b.      Laju Endap Darah (LED) meningkat
c.       Hb-F meningkat pada anak yang mengalami anemia aplastik
d.      Aspirasi sumsum tulang: gambaran sumsum tulang hipoplasia dengan kehilangan jaringan hemapoietik dan diganti dengan jaringan lemak yang mencakup >75 % sumsum tulang



Tatalaksana
1.      Penatalaksanaan permulaan banyak terdiri atas perawatan penunjang dengan trasfusi darah
2.      Pengobatan spesifik:
-          Androgen per oral (merangsang produksi erotrosit), misalnya metanedion dosis tinggi selama 3-6 bulan
-          Kortikosteroid dosis tinggi 2g/hari
-          Globulin anti-timosit (obat imunosupresan)
3.      Transplantasi sumsum tulang untuk pasien <30 tahun


B.       Anemia Pasca Perdarahan
Anemia Pasca Perdarahan adalah berkurangnya jumlah eritrosit yang disebabkan perdarahan yang hebat, baik perdarahan akut maupun kronis.

Etiologi dan Faktor Resiko:
1.      Kecelakaan
2.      Operasi bedah
3.      Persalinan
4.      Luka yang mengakibatkan pecahnya pembuluh darah
5.      Kronis à infeksi cacing tambang di saluran cerna, penyakit kronik

Pathogenesis
Saat tubuh kehilangan darah akut, maka tubuh akan segera menarik cairan dari jaringan di luar pembuluh darah sebagai usaha menjaga agar pembuluh darah tetap terisi. Akibatnya darah menjadi lebih encer (hemodilusi) dan persentase eritrosit berkurang. Setelah itu nantinya tubuh akan membentuk eritrosit baru.

Gambaran klinis:
1.      Tekanan darah akan menurun akibat darah yang mengisi pembuluh darah berkurang
2.      Pasokan oksigen ke jaringan tubuh menurun à pucat
3.      Jika tubuh kehilangan darah sampai 2/3 dari volume darah tubuh dapat menimbulkan kelelahan dan lemas

Prognosis:
Baik jika cepat diatasi penyebabnya

Diagnosis:
1. Pemeriksaan Darah lengkap
-          Hb à menurun
-          Leukosit à normal sp meningkat
-          LED à meningkat
-          Hitung à jenis à neutrofilia
-          Retikulosit à meningkat

2.      Sediaan hapus darah tepi
-          Eritrosit à normositik normokrom (akut)
-          Anisositosis
-          poikilositosis
-          Leukosit à neutrofilia
-          Trombosit à trombositosis
-          Polikromasi (+)
-          Kronik à mikrositik hipokrom seperti anemia defisiensi


3.      Sumsum tulang
-          Selularitas à meningkat
-          Eritropoetik (E)à aktif, semua seri ditemui, predominan rubrisit
-          Mielopoetik (M) àagak tertekan, semua seri ditemui
-          Trombopoitik àmegakariosit mudah ditemukan dgn pancaran trombosit cukup banyak
-          M:E rasio terbalik (mis: 1 : 2)
Sumsum tulang Predominan Rubrisit


Tata laksana:
Perdarahan akut:
-          Transfuse darah
-          Hentikan sumber perdarahan
Perdarahan kronik:
Jika karena infeksi cacing tambangà obati


Sumber:
Kapita Selekta Hematologi Edisi 6 karangan A. V. Hoffbrand & P. A. H. Moss
Buku Ajar IPD FKUI Jilid 2 Edisi 4
terima kasih atas gambarnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar